Malam itu, Kamis 31 Oktober 2019, Bus Eurolines yang saya tumpangi bersama saudara sepupu saya meninggalkan pool-nya di Amsterdam Duivendrecht – Belanda sekitar pukul Saya cukup kedinginan saat menunggu bus di terminal tersebut. Suhu saat itu mencapai 3 derajat celcius. Sangat dingin bagi saya yang terbiasa hidup di negeri tropis. Ketika memasuki bus saya berharap akan mendapat kehangatan, mengingat penumpang cukup banyak. Dan ternyata benar, di dalam bus bahkan sudah dilengkapi oleh heater penghangat, dan saya pun membuka jaket Mulyawan, di depan Berlin CathedralFoto privat Bus ini akan membawa saya menuju Berlin – Jerman, negara ketiga yang akan saya kunjungi dalam perjalanan ke Eropa pertama kalinya ini. Rencananya di sana saya akan bertemu dengan saudara sepupu saya yang lainnya, yang kebetulan berkuliah di Jerman dan sudah 2 tahun tidak pulang ke Indonesia. Menurut estimasi, perjalanan akan memakan waktu sekitar 7 jam. Karena perjalanan via darat ini lumayan lama dan badan pun sudah lelah, saya memilih untuk tidur saja di bus. Sekitar pukul 6 pagi hari Jumat 1 November 2019, saya terbangun saat supir bus menginformasikan melalui mikrofon bahwa bus sesaat lagi akan sampai di tujuan akhir yaitu terminal Berlin ZOB. Wah lebih cepat 1 jam dari perkiraan, dan segeralah saya bersiap untuk turun. Dengan santai saya turun dari bus dengan menggendong tas carrier dan memegang jaket. Dan ketika sampai di luar bus, alamaaaaakkk dinginnya luar biasa!! Sungguh terkejut tiba-tiba menerima udara dingin menerpa tubuh. Dinginnya begitu menusuk kulit. Saat itu juga saya langsung memakai jaket tebal saya dan rupanya dinginnya tak terkalahkan. Saya pun langsung melihat handphone saya, tertulis minus 1 derajat celcius. Pantas saja! Belum pernah saya merasakan dingin yang teramat sangat seperti ini. Tanpa berpikir panjang lagi, saya segera berlari menuju ke dalam ruang tunggu di terminal Berlin ZOB itu agar bisa terhindar dari dinginnya udara. Syukurlah di dalam terminal ada penghangat ruangan dan saya memilih untuk menunggu saja di dalam terminal, sekaligus menelpon sepupu saya untuk mengabari kalau saya sudah tiba. Dia ternyata baru saja berangkat dari kota dia berasal, yaitu Erfurt, menggunakan kereta. Sekitar pukul akhirnya sepupu saya datang juga menjemput saya. Dia langsung mengajak saya menuju stasiun Berlin Hauptbahnhof Hbf yang menjadi penghubung menuju lokasi-lokasi terkenal di Berlin. Di stasiun kita bisa menitipkan tas carrier saya. Tiba di sana, saya terpana melihat besarnya stasiun tersebut. Luar biasa, bagaikan sebuah mal besar dengan berbagai toko di dalamnya. Namun, di dalamnya juga ada berbagai tujuan kereta ke seluruh kota di Jerman maupun tujuan ke negara-negara lain. Saya langsung menitipkan tas saya di loker dengan biaya 6 Euro. Bersama sepupu saya, kami pun menuju lokasi pertama yang akan dikunjungi, yaitu Brandenburger Tor atau Gerbang di Gerbang Brandenburger Tor di BerlinFoto privat Brandenburger Tor sangat megah sebagai simbol kota Berlin dan tampak penuh dengan orang, baik orang Jerman maupun pendatang. Sejenak kami pun berfoto dengan latar belakang gerbang tersebut. Udara yang dingin tak menghalangi saya untuk mengeksplor berbagai lokasi di ibu kota Jerman ini. Selanjutnya saya berjalan kaki menuju spot berikutnya yaitu Memorial of Jews Holocaust. Bangunan kotak-kotak ini merupakan memorial bagi orang-orang Yahudi yang terbunuh saat terjadinya Perang Dunia kedua. Konon semakin tinggi bangunan memorial, menunjukkan semakin tingginya jabatan orang yang terbunuh tersebut. Saya pun melanjutkan perjalanan menuju lokasi lainnya, yaitu Reichstag Building atau Gedung yang menjadi kantornya Kanselir Jerman, Angela Merkel. Tidak lama saya berada disana, karena lapar melanda. Maklum sejak tiba di Berlin, perut belum terisi apapun. Sepupu saya mengajak untuk membeli Kebab, namun jaraknya agak jauh dan harus naik kereta. Menurutnya, saya harus mencoba Kebab yang satu ini karena berbeda dari Kebab lainnya. Demi rasa penasaran ingin mencoba maka saya pun setuju saja walaupun jaraknya agak jauh. Dan benar saja, setibanya di tempat Kebab tersebut, kios Kebab yang kecil tersebut tampak sudah dipenuhi pembeli yang antri. Namanya Doner Box, yaitu Box kotak dari kertas yang didalamnya berisi French Fries, daging Kebab yang banyaknya luar biasa dengan topping saus mayonaise. Dan ketika saya coba, rasanya nikmat sekali. Baru kali ini saya merasakan Kebab yang nikmat sekali, apalagi kondisi tengah berada di lokasi Memorial of Jews Holocaust, 1 November 2019Foto privat Selepas menikmati Kebab, saya bertanya mengenai lokasi Masjid terdekat untuk melaksanakan Sholat Jumat. Sepupu saya mengajak saya menuju Masjid Al-Falah yang berlokasi di Indonesisches Weisheits- und Kulturzentrum IWK, yang sebetulnya merupakan rumah milik orang Indonesia yang sering dijadikan perkumpulan komunitas masyarakat Indonesia di Berlin. Saya pun melaksanakan Sholat Jumat disana. Senang rasanya karena sekaligus bisa bertemu dengan WNI yang tinggal di Berlin. Selepas melaksanakan Sholat Jumat, sepupu saya mengajak menuju Checkpoint Charlie, yang juga merupakan lokasi favorit para turis. Menjelang sore, langit Berlin mulai gelap. Saya sempat melewati satu lokasi terakhir sebelum menuju penginapan, yaitu Berlin Cathedral dan Fernsehturm menara televisi. Sesaat berfoto di sekitar lokasi tersebut, lalu saya menuju penginapan yang berada di pinggiran kota Berlin. Saya cukup terkesima dengan Berlin. Kota yang besar dan modern. Sistem transportasi pun sudah sangat terintegrasi. Namun, bagi pengunjung baru seperti saya, tetap masih menyulitkan. Ini saya rasakan karena beberapa kali saya pun harus nyasar atau salah turun ketika menuju satu lokasi. Duka terberat yang saya rasakan adalah pada keesokan harinya. Keesokan harinya saya meninggalkan Berlin untuk menuju Zurich – Swiss. Namun dikarenakan kereta Deutsche Bahn dari Berlin terlambat datang, sehingga ketika sampai di Munchen pun terlambat untuk melanjutkan perjalanan menggunakan bus ke Zurich. Tertinggal bus di negara orang, cukup membuat saya panik. Namun akhirnya saya melaporkan hal ini ke perwakilan operator Deutsche Bahn karena keterlambatan ini bukan disebabkan oleh saya, melainkan kereta yang datang terlambat. Akhirnya pihak Deutsche Bahn pun memberikan kompensasi mengganti bus dengan kereta dari Munchen menuju Zurich secara gratis. Senangnya! Saya akui Jerman sangat profesional untuk hal ini. Pengalaman indah berjalan-jalan di kota Berlin seharian mungkin tidak akan pernah saya lupakan. Spot-spot serta bangunan-bangunan bersejarah selalu terbayang. Begitu pun dengan kejadian tertinggal bus tersebut. Awalnya merupakan duka bagi saya, namun akhirnya menjadi rasa suka yang penuh cerita saat saya kembali mengingat hal tersebut saat ini. Kini dua bulan berlalu sejak kunjungan tersebut saya ceritakan disini. Jerman emang ngangenin! **DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke dwnesiablog Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri. hp
TheTeufelsberg merupakan peninggalan era Nazi yang berdiri di puncak bukit Berlin barat. Dulunya The Teufelsberg digunakan sebagai perguruan tinggi militer Nazi. cepatlah lemparkan Baby Blue ke toilet serta flush secepat-cepatnya. Bila tak, bakal nampak bayangan wanita menyeramkan didalam cermin yang berteriak : " Kembalikan bayiku! "10BERLIN, - Tanggal 13 Agustus 1961, Pemerintah Jerman Timur yang saat itu diduduki Uni Soviet membangun Tembok Berlin. Tembok itu membagi Berlin jadi dua bagian, juga memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur. Pemimpin komunis Jerman Timur, Walter Ulbricht, juga memulai penyegelan dari semua akses antara Berlin Timur dan juga [Cerita Dunia] Ledakan Reaktor Nuklir Chernobyl, Petaka Nuklir Terburuk Sepanjang Sejarah Para tentara awalnya meletakkan kawat berduri sepanjang 160 km di perbatasan Berlin Timur. Kawat berduri itu lalu diganti dengan dinding beton setinggi 6 meter dan sepanjang 155 km, lengkap dengan menara jaga, pos senapan mesin, dan lampu sorot. Lalu sepanjang 40 kilometer temboknya dilapisi dua dinding yang dijaga pengawas, anjing penjaga, lampu sorot dan senapan. Bagian ini merupakan pusat dari setiap kegiatan dan penjagaan Tembok Berlin, agar orang-orang tidak bisa menyeberanginya. Dok. KOMPAS/SVEN SIMON Tembok Berlin terlihat dari samping Gerbang Jerman Timur yang dikenal sebagai Volkspolizei atau Volpos berpatroli di Tembok Berlin siang dan malam. Akibatnya, hubungan warga Berlin terputus. Orang-orang Berlin Barat sempat melakukan demo yang dipimpin Wali Kota Will Brand, tapi kurang direspons otoritas tertinggi Jerman Barat. Baca juga [Cerita Dunia] Berkembangnya Silicon Valley Berawal dari 8 Pengkhianat Penjaga Jerman Timur juga menembaki setiap orang yang melarikan diri ke Jerman Barat. Selama Tembok Berlin berdiri, ada sekitar orang yang berhasil melarikan diri. Jumlah korban yang tewas diperkirakan 200-an orang. Kenapa Tembok Berlin dibangun? Pembangunan Tembok Berlin bermula dari Perjanjian Potsdam, yang membagi wilayah Jerman menjadi empat wilayah yang masing-masing dikuasai Amerika Serikat AS, Britania Raya, Perancis, dan Uni Soviet. Berdasarkan perjanjian ini, pihak Sekutu mempunyai kewenangan menduduki militer dan pembangunan kembali pasca-PD II. Sebagai ibu kota, Berlin masuk dalam kekuasaan Soviet. Kemudian pada 7 Oktober 1949, Republik Demokratik Jerman Jerman Timur dideklarasikan. britannica Tembok BerlinSejak itu, Soviet memiliki kewenangan penuh terhadap militer, polisi, dan administrasi di wilayah Jerman Timur. Kondisi Jerman Barat yang saat itu dikuasai Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris sudah lebih sejahtera jika dibandingkan Jerman Timur. Uni Soviet enggan merekontruksi ulang Jerman dan malah memerintahkan memblokade kota Berlin, untuk mencegah masuknya kebutuhan kebutuhan logistik dan kebutuhan lain ke Berlin Barat. Baca juga [Cerita Dunia] Mikhail Gorbachev Mundur, Uni Soviet RuntuhBlokade ini secara resmi diberlakukan pada 24 Juni 1948 yang berakibat langsung kehilangan makanan bagi sekitar 2 juta penduduk Jerman, terutama di Berlin. Namun Inggris dan Amerika Serikat tak sepakat dengan rencana Uni Soviet. Mereka marah dan ingin segera bertindak. Namun alih-alih menyerukan agresi militer, Presiden AS kala itu Harry S Truman mengajak Inggris menggalang bantuan untuk rakyat Berlin. Selama hampir satu tahun, lebih dari 200 pesawat AS dan Inggris mendarat, mereka membawa lebih dari 1,5 juta ton pasokan bahan-bahan pokok. Pada 15 Juni 1948, rata-rata ton pasokan diterbangkan ke kota setiap hari. Pengangkutan ini dilakukan dengan skala besar dan terkadang memiliki risiko yang besar juga. Biasanya pesawat mendarat di Bandara Tempelhof, Berlin setiap empat menit. Pilot menerbangkan pesawat pulang-pergi setiap harinya Baca juga [Cerita Dunia] 10 Tahun Arab Spring, Mengenang Mohamed Bouazizi MADE ASDHIANA Sisa-sisa Tembok Berlin di Jerman, Rabu 21/6/2018, memiliki daya tarik menyedot Tembok Berlin Setelah menjulang gagah selama 28 tahun, Tembok Berlin akhirnya dirobohkan pada 9 November 1989. Aksi massa ini didorong oleh pecahnya Uni Soviet serta penerapan sejumlah reformasi liberal yang dilakukan oleh Jerman Timur sebelumnya. Mulai tengah malam hari itu, warga Jerman bebas melintasi perbatasan negara, baik dari Jerman Timur maupun Barat. Orang-orang lalu berbondong-bondong menuju Tembok Berlin untuk minum bir, sampanye, dan berteriak "Tor auf!" buka gerbang. Mereka juga menyerbu pos-pos pemeriksaan. Lebih dari 2 juta orang dari Berlin Timur dan Berlin Barat berbaur akhir pekan itu untuk merayakan "pesta jalanan terbesar sepanjang sejarah". Baca juga [Cerita Dunia] Otto Warmbier dan Liburan ke Korut yang Berujung Maut Banyak orang juga membawa palu untuk merobohkannya. Beberapa hari kemudian, alat berat seperti crane dan buldoser dikerahkan untuk merobohkan bagian demi bagian. ANDREW LOTULUNG Seniman Teguh Ostenrik berpose didepan batu pecahan tembok berlin di kawasan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak RPTRA dan Ruang Terbuka Hijau RTH Kalijodo, Jakarta Barat, Selasa 26/9/3017. Karya seni instalasi ini bernama Patung Menembus Batas terdiri dari empat pecahan tembok Berlin dan 14 patung baja hasil karya dari seniman Teguh kembali Jerman Timur dan Barat secara resmi terjadi pada 3 Oktober 1990, satu tahun setelah jatuhnya Tembok Berlin. Pembongkaran resmi Tembok Berlin dimulai pada musim panas 1990. Lebih dari bagian dinding didaur ulang menjadi bahan bangunan yang digunakan untuk proyek rekonstruksi Jerman. Namun sejumlah potongan tembok bersejarah itu dilelang dan tersebar di seluruh dunia, dari kebun di Vatikan, kamar mandi di Kasino Main Street Station Las Vegas, hingga Ruang Publik Terpadu Ramah Anak RPTRA Kalijodo, Jakarta Utara. Baca juga [Cerita Dunia] Kecelakaan Mobil Putri Diana dan Kejanggalannya Sumber Penulis Aswab Nanda Pratama, Rosiana Haryanti, Ahmad Naufal Dzulfaroh Editor Inggried Dwi Wedhaswary, Bayu Galih, Resa Eka Ayu Sartika Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. MautDi Udara Pesta Hallowe’en Skandal Perjamuan Natal Rahasia Chymneys Bayangan Maut di Berlin Formula Ulrich Operasi Cointrin Neraka Elsalvador JOHN GRISHAM The Firm The Chamber Juri Pilihan Cerita Motivasi 100 Tokoh Paling Dari Billy Wilder ke Steven Spielberg, dari "Good Bye, Lenin!" ke James Bond, Tembok Berlin memainkan peran utama di film-film Jerman dan picture-alliance/KPA Headline: Reaktor Nuklir Meledak, Jepang Dikepung Bahaya Radiasi
- Sebuah potongan sejarah kelam bersemayam di Museum Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur. Terletak persis di halaman belakang museum, sebuah gerbong berdiri kokoh. Dari tampilan luar, gerbong berwarna hitam, abu-abu, dan putih tersebut tampak terawat dengan baik. Catnya masih utuh, pun keseluruhan rangka yang terbuat dari besi. Sekilas, gerbong tersebut tak terkesan di balik kegagahan gerbong tersebut, tersimpan kisah pilu di masa perjuangan melawan penjajah. Tak heran, gerbong ini pun dijuluki dengan sebutan "Gerbong Maut"."Gerbong ini digunakan militer Belanda untuk membawa tawanan, orang-orang Indonesia, dari Penjara Bondowo ke Penjara Bubutan di tahun 1947," cerita Suryo, petugas Museum Brawijaya. Penjara Bondowoso berada di Kabupaten Bondowoso sementara Penjara Bubutan berada di Surabaya. Ada tiga gerbong yang mengangkut para tawanan. Tawanan ini adalah para pejuang Indonesia yang melawan Belanda saat berangkat pada 23 November 1947 di jam sekitar jam lima pagi dari Stasiun Bondowoso dan sampai di Stasiun Wonokromo, Surabaya, sekitar jam delapan malam. Perjalanan yang memakan waktu 16 jam tersebut yang mengantarkan para tawanan kepada maut. Sebuah kisah mencekam dan memilukan. Bayangkan saja bagaimana rasanya berada di dalam mobil tertutup tanpa pendingin udara di siang hari bolong. Tentu tak sekedar gerah, namun juga menyesakan. Kondisi di dalam gerbong maut tersebut berkali-kali lipat Luh Made Pertiwi F. Gerbong Maut di Museum Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur Keseluruhan gerbong terbuat dari baja yang rapat. Tanpa ada ventilasi apapun. Ketika pintu ditutup dan dikunci, alhasil tak ada udara yang masuk, pun tak ada udara keluar. Apalagi perjalanan yang ditempuh sebagian besar dilakukan di siang hari. Hasilnya, adalah ibarat sebuah oven. "Bahkan saking panas dan pengap, kulit-kulit orang di dalamnya saling menempel dan terkelupas. Sepanjang perjalanan mereka berteriak minta air, minta makan, minta udara, tapi tidak diberikan oleh orang Belanda," kisah Suryo. Dari tiga gerbong, gerbong maut yang berada di Museum Brawijaya merupakan gerbong yang paling banyak memakan nyawa. Hal ini karena dua gerbong lainnya terdapat lubang kecil. Para tawanan bergantian menghirup udara melalui lubang kecil tersebut."Sedangkan gerbong maut yang di sini, benar-benar rapat, tidak ada lubang. Total ada 100 orang, 46 orang mati, 11 orang sakit payah, 31 sakit, dan yang sehat hanya 12 orang," kata Suryo. Gerbong yang dipamerkan di Museum Brawijaya merupakan gerbong paling baru dibanding gerbong maut lainnya. Tawanan paling banyak ditempatkan di gerbong berseri GR 10152 karena kondisinya yang lebih panjang. Seluruh tawanan di gerbong ini dituturkan Suryo, salah satu tawanan yang selamat adalah Singgih. Singgih menceritakan ketika para tawanan berteriak minta air, makan, dan udara, pihak militer Belanda malah mengharapkan para tawanan tewas saja daripada sampai dalam keadaan Museum Brawijaya, hanya ada satu dari tiga gerbong yang mengangkut para tawanan tersebut. Museumterletak di Jalan Ijen Nomor 25, Kota Malang. Terdiri dari dua ruangan, pengunjung bisa melihat sejarah tentara TNI mulai dari paska kemerdekaan. Ruangan pertama menampilkan sejarah perjuangan Indonesia di era paska kemerdekaan 1945-1949. Ruangan satu lagi ruangan di era tahun 1950 sampai 1976, lebih menampilkan perjuangan untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Masihbanyak cerita di belakang yang nantinya akan bercerita sendiri tentang asal-muasal semua itu. Mitnahpun sadar akan hal itu, makanya ia memilih untuk berdamai dengan sang Maut agar secepat 100% found this document useful 1 vote2K views49 pagesOriginal TitleNick Carter - Bayangan Maut Di © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote2K views49 pagesNick Carter - Bayangan Maut Di Berlin - DjvuOriginal TitleNick Carter - Bayangan Maut Di You're Reading a Free Preview Pages 8 to 13 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 17 to 20 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 24 to 45 are not shown in this preview. Poqru.